Dradjad : Hutan Indonesia Jauh dari Kaidah Kelestarian

Laporan Muchlis Fadjarudin | Senin, 08 Juni 2015 | 13:37 WIB

suarasurabaya.net- Dradjad Hari Wibowo Chairman atau Ketua Umum Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) mengatakan, setelah pensiun dari politik, kegiatannya adalah menekuni pembangunan yang berkelanjutan.

"Salah satu kegiatan saya setelah pensiun dari DPR tahun 2009 adalah kembali menekuni pembangunan berkelanjutan. Wadahnya, saya mendirikan Sustainable Development Indonesia (SDI), dengan fokus pada kajian dan implementasi SD. Dua komponen utama SD, yaitu keadilan intra-generasi dan keadilan antar-generasi, menjadi topik utama SDI. Isu keadilan sosial (social justice) yang sering memicu pemberontakan saya sejak remaja, masuk di dalam komponen keadilan intra-generasi. Yaitu, keadilan antar kelompok masyarakat dalam sebuah generasi." ujar Dradjad di acara Penyerahan Sertifikat Penngelolaan Hutan Lestari PEFC/IFCC kepada grup Sinarmas Forestry (SMF)/APP dan APRIL di Kempinski Hotel, Jakarta, Senin (8/6/2015).

Pada tanggal 9 September 2011, Dia mengaku melalui SDI, dia mendirikan IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) bersama beberapa temannya. IFCC bergerak di bidang Pengelolaan Hutan Lestari (Sustainable Forest Management - SFM) dengan fokus pada sertifikasi SFM.

IFCC ini didirikan untuk mendorong penerapan SFM di Indonesia, mengingat pengelolaan hutan Indonesia dinilai dunia jauh dari kaidah-kaidah kelestarian. Indonesia semakin mendapat tekanan global karena dianggap gagal mengatasi pembalakan liar (illegal logging) dan perdagangan hasil hutan ilegal (ilegal trade).

Menurut Dradjad, pelaku usaha bidang kehutanan dan industri pengolahan hasil hutan pun terkena imbasnya. Mereka semakin sulit menjual produknya ke pasar dunia, kecuali mereka bisa membuktikan bahwa produknya berasal dari hutan yang dikelola mengikuti SFM.

Pembuktian tersebut diwujudkan melalui sertifikat SFM dan sertifikat lacak balak (Chain of Custody - CoC). Dengan kedua jenis sertifikat ini, pelaku usaha membuktikan kepada konsumen global bahwa dari hulu hingga hilir, produknya berasal dari hutan SFM. Karena itu, salah satu alasan pendirian IFCC adalah untuk menjawab keluhan dan kebutuhan dunia usaha, yang ekspornya terancam karena belum mempunyai sertifikat di atas.

"Sebagai contohnya, kita lihat ekspor bubur kertas dan kertas (pulp and papers). Nilai ekspornya pada tahun 2013 sekitar US$ 4,28 miliar. Tahun 2014 di atas US$ 5 milyar. Konsumen dari Amerika Utara dan Eropa Barat cenderung mensyaratkan sertifikat SFM. Mereka menyumbang 1/3 dari konsumsi dunia. Di Asia Pasifik, pasar Jepang dan Australia juga sudah lama mensyaratkan sertifikasi. Jadi, jika Indonesia tidak mempunyai sertifikat yang diakui dunia, ekspor senilai lebih dari Rp 65 triliun per tahun terancam. Dihitung kasar, tanpa sertifikasi Indonesia bisa kehilangan ekspor Rp 15-20 triliun per tahun. Dampaknya terhadap penerimaan pajak, kredit perbankan, hingga lapangan kerja akan cukup besar. Ini baru dari produk pulp and papers, belum industri hasil hutan lainnya. IFCC berdiri antara lain untuk menjawab ancaman tersebut." paparnya.

Skema sertifikasi SFM dan CoC yang terbesar di dunia saat ini adalah skema PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification) yang berbasis di Jenewa, Swiss. IFCC menjadi anggota dan National-Governing Body (NGB) PEFC sejak tahun 2012.

Pada bulan November 2013, IFCC mengajukan skema sertifikasinya untuk mendapat pengakuan dari PEFC. Pada tanggal 1 Oktober 2014, IFCC memperoleh pengakuan tersebut. Di internal PEFC, skema IFCC tergolong yang tercepat mendapat pengakuan, yaitu kurang dari 1 tahun sejak diajukan. Negara-negara lain memerlukan 2-3 tahun, Malaysia bahkan hingga 6 tahun.

Seusai Kongres PAN di Bali, Dradjad memutuskan istirahat dari politik praktis, sehingga mempunyai waktu lebih untuk menggenjot kinerja IFCC. Apalagi, IFCC menargetkan minimal 1 juta hektar areal Hutan Tanaman Industri (HTI) bisa memperoleh sertifikat PEFC pada tahun 2015.

"Alhamdulillah selama 3 bulan saya istirahat politik, per 8 Juni 2015 Indonesia sudah mempunyai 7 perusahaan HTI yang berhak menerima sertifikat SFM PEFC/IFCC, yang akan diserahkan pada hari ini juga. Ketujuh perusahaan tersebut berasal dari dua grup, yaitu APRIL (5 perusahaan) dan APP (2 perusahaan), dengan total luas area 610,8 ribu hektar.

Penerbit sertifikat-nya adalah lembaga audit yang berbasis di Italia, dengan mitra lokal Indonesia, yaitu AJA Registrars Europe. Akreditasi terhadap skema IFCC ini diperoleh dari otoritas akreditasi Italia, yaitu Accredia. Melihat tren-nya, bukan tidak mungkin realisasi 2015 bisa mendekati 1,5 juta hektar." tandasnya.

Selain korporasi seperti APP dan APRIL, sebagai pemilik skema sertifikasi, IFCC juga mendorong sertifikasi SFM terhadap hutan rakyat. Beberapa proyek hutan rakyat saat ini sedang dipersiapkan untuk sertifikasi.

Sebagai penutup, lanjutnya, kredibilitas dan akseptabilitas sertifikat PEFC/IFCC berasal dari konsumen dunia, pelaku pasar dan para stakeholders, baik lokal, nasional maupun global, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Pemerintah Italia, salah satu negara anggota G7, bahkan resmi mengakreditasi skema IFCC melalui Accredia. Itu sebabnya, IFCC sebagai lembaga non-pemerintah akan konsisten menjaga independensi, kredibilitas dan akseptabilitasnya, sebagaimana sudah dicontohkan oleh ISO dan PEFC. (faz/rst)

Editor: Restu Indah

Source: http://ekonomibisnis.suarasurabaya.net/news/2015/153604-Dradjad-:-Hutan-Indonesia-Jauh-dari-Kaidah-Kelestarian-

Terima Sertifikat PEFC, Tony Wenas: Bukti APRIL Group Capai Kemajuan Pesat dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Senin, 08 Juni 2015 16:11 WIB

ik4

Penulis:Hasan Basril

Dari kanan ke kiri; Direktur AJA Indonesia Dewi Suryati, Managing Director APRIL Indonesia Tony Wenas, CEO dan Ben Gunneberg, Chairman IFCC Drajat Wibowo dan Managing Director Suistainability APP Aida Greenbury.

JAKARTA, GORIAU.COM- APRIL Group menjadi perusahaan pertama di Indonesia menerima sertifikat PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification/pengelolaan hutan berkelanjutan). Sertifikat bergengsi di dunia ini diserahkan CEO dan Sekretaris Jenderal PEFC Ben Gunneberg kepada Managing Director APRIL Indonesia Tony Wenas, di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Senin (8/6/2015).


Tony Wenas mengaku sangat bangga dengan keberhasilan APRIL menerima sertifikat PEFC. Menurutnya, hal itu merupakan bukti bahwa APRIL telah mencapai kemajuan pesat dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.


"Kami sangat bangga menjadi perusahaan berbasis kehutanan pertama di Indonesia yang menerima sertifikat PEFC. Sertifikat yang kami dapatkan menjadi bukti bahwa kami telah telah membuat kemajuan yang pesat dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dari hutan produksi kami," kata Tony Wenas, saat konferensi pers menjelang penyerahan sertifikat PEFC, di Bali Room Hotel Indonesia Kempinski.


Tony Wenas menjelaskan, saat ini sekitar 45 persen dari total pasokan kayu jangka panjang yang dikelola APRIL di Indonesia atau sekitar 304.000 hektare, telah bersertifikat PEFC. "Operasi manufactur APRIl juga telah mendapatkan sertifikat lacak balak (chain-of-custody/CoC) PEFC. Hal ini menandakan bahwa rantai pasokan perusahaan kami dari hulu ke hilir telah memiliki sertifikat PEFC,'' ujarnya.


Lanjut Tony Wenas, sertifikat PEFC ini menjadi jaminan bagi para konsumen di seluruh dunia bahwa kami menawarkan produk hasil hutan yang dikelola secara berkelanjutan. "Hal ini merupakan langkah positif bagi reputasi kehutanan Indonesia di dunia, sekaligus membuka pasar baru bagi produk APRIL,'' katanya.


Sertifikat PEFC, ucap Tony, memperkuat sertifikasi nasional dan internasional yang telah dimiliki APRIL Group sebelumnya dan merupakan bagian dari langkah-langkah yang dilakukan di dalam sustainable forest management policy/SFMP 2.0 (kebijakan pengelolaan hutan berkelanjutan), yang baru saja diumumkan minggu lalu. ''Dalam kebijakan yang diperbarui tersebut, perusahaan memastikan tidak akan ada lagi kegiatan deforestasi di seluruh rantai pasokannya," terangnya.


Sambung Tony, APRIL terus berupaya mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan berkelanjutan pada area hutan lainnya yang dikelolala APRIL. ''Kami berharap tambahan sertifikasi ini bisa didapatkan dalam beberapa bulan ke depan," harapnya.


CEO PEFC Ben Gunneberg menegaskan, sertifikasi PEFC yang diberikan kepada APRIL merupakan pengakuan atas kinerja perusahaan tersebut dalam mengelola industri kehutanan secara berkelanjutan. "Perusahaan sudah membuktikan pengakuannya atas adanya keterikatan yang erat antara lingkungan, sosial dan tujuan ekonomi," ujarnya.


Sementara Chairman IFCC (Indonesian Forest Certification Co-Operation) Drajad Wibowo, mengatakan, sertifikat PEFC-IFCC akan memberikan manfaat luas bagi sektor kehutanan Indonesia dan ekspor Indonesia. "Sertifikasi ini akan membuat para konsumen di seluruh dunia percaya bahwa produk kehutanan asal Indonesia yang mereka beli, dikelola secara berkelanjutan dan bertanggung jawab,'' kata Drajad.
***

Source: http://www.goriau.com/berita/pekanbaru/terima-sertifikat-pefc-tony-wenas-bukti-april-group-capai-kemajuan-pesat-dalam-pengelolaan-hutan-berkelanjutan.html

Pertama di Indonesia, APRIL Raih Sertifikat PEFC

Senin, 08 Juni 2015 14:05 WIB

ik3

Managing Director RAPP Tony Wenas (kedua dari kanan) didampingi President of APRIL Praveen Singhavy menerima sertifikat Pengelolaan Hutan Berkelanjutan yang pertama di Indonesia dari CEO/Secretary General of PEFC Ben Gunneberg disaksikan Chairman IFCC Dradjad H Wibowo (kedua dari kanan) dan Dewi Suryati K - Direktur AJA Indonesia, Lembaga Assesor yang berpusat di Itali.

JAKARTA, GORIAU.COM- Produsen bubur kayu dan kertas APRIL grup dilaporkan telah memperoleh sertifikat yang pertama di Indonesia untuk pengelolaan hutan berkelanjutan PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification).

Hal itu diungkapkan Lembaga penyedia informasi produk kayu, RISI mengutip laman resmi PEFC dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.

Menurut RISI hal itu berarti APRIL grup adalah yang pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat tersebut pada Desember 2014.

PEFC adalah sebuah skema sertifikasi hutan terbesar di dunia yang mana lebih dari 264 juta hektare hutan dan 15.804 perusahaan telah disertifikasi PEFC. 

Di Indonesia, PEFC meng-endorse skema sertifikasi pengelolaan hutan berkelanjutan dan lacak balak IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation).

Namun demikian dalam pengumumannya, tidak dinyatakan luas konsesi APRIL grup yang mendapat sertifikat PEFC.

Menurut RISI, pengakuan pengelolaan hutan lestari APRIL grup oleh PEFC dilansir tak lama setelah kelompok usaha tersebut baru saja mengumumkan penguatan kebijakan pengelolaan hutan lestari (Sustainable Forest Management Policy), yang melibatkan sejumlah LSM termasuk WWF dan Greenpeace sebagai pemantau.

Kebijakan itu juga mendapat apresiasi pemerintah yang mana Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya melalui Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari IB Putera Parthama yang menilai, komitmen kelompok APRIL untuk menghilangkan kegiatan deforestasi dari rantai pasoknya melalui kebijakan pengelolaan hutan merupakan sisi cemerlang dari sistem pengelolaan hutan di Indonesia.

Putera berpendapat, kebijakan kelompok APRIL tersebut sejalan dengan target pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari. "Terpenting lagi semuanya dilakukan dengan bekerja sama secara mutualistik dan bersinergi," kata Putera.rls

Dradjad Wibowo Fokus di IFCC Dorong 1 Juta HTI Peroleh Sertifikat PEFC (0)

Senin, 8 Juni 2015 14:13 WIB

+ Share

ik2

Dradjad Wibowo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Ekonom Dradjad H Wibowo mengungkap, saat ini Indonesia semakin mendapat tekanan global lantaran dianggap gagal mengatasi pembalakan liar (illegal logging) dan perdagangan hasil hutan ilegal (ilegal trade). Dikatakan, para pelaku usaha bidang kehutanan dan industri pengolahan hasil hutan pun terkena imbasnya.

"Mereka semakin sulit menjual produknya ke pasar dunia, kecuali mereka bisa membuktikan bahwa produknya berasal dari hutan yang dikelola mengikuti sustainable forest management (SFM)," kata Dradjad H Wibowo pada Presentation of Inaugural PEFC/IFCC Sustainable Forest Management Certificate di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinsky, (Senin, 8/6/2015).

Pembuktian tersebut, lanjutnya, diwujudkan melalui sertifikat SFM dan sertifikat lacak balak (Chain of Custody/CoC). Dengan kedua jenis sertifikat ini, imbunya, pelaku usaha dapat membuktikan kepada konsumen global bahwa dari hulu hingga hilir produknya berasal dari hutan SFM.

"Karena itu, salah satu alasan pendirian IFCC adalah untuk menjawab keluhan dan kebutuhan dunia usaha, yang ekspornya terancam karena belum mempunyai sertifikat," kata mantan Wakil Ketua Umum DPP PAN ini

Dradjad, yang kini menjadi Ketua Umum Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) ini menjelaskan kembali, dirinya kembali menekuni pembangunan berkelanjutan (sustainable development/SD). Dan sebagai wadahnya, Dradjad kemudian mendirikan Sustainable Development Indonesia (SDI), yang memfokuskan pada kajian dan implementasi SD.

Dua komponen utama SD, yaitu keadilan intra-generasi serta keadilan antar-generasi, menjadi topik utama SDI. "Isu keadilan sosial (social justice) yang sering memicu pemberontakan saya sejak remaja, masuk di dalam komponen keadilan intra-generasi. Yaitu, keadilan antar kelompok masyarakat dalam sebuah generasi," ujarnya.

Pada 9 September 2011 lalu, melalui SDI ia mendirikan IFCC bersama beberapa koleganya. IFCC bergerak di bidang Pengelolaan Hutan Lestari (SFM) dengan fokus pada sertifikasi SFM. "IFCC didirikan untuk mendorong penerapan SFM di Indonesia.Pengelolaan hutan Indonesia dinilai dunia jauh dari kaidah-kaidah kelestarian," ungkapnya.

Source: http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/06/08/dradjad-wibowo-fokus-di-ifcc-dorong-1-juta-hti-peroleh-sertifikat-pefc


Asia Pulp & Paper Tingkatkan Produk Bersertifikasi PEFC

Dian Ihsan Siregar- 08 Juni 2015 17:19 WIB

ik5

Metrotvnews.com, Jakarta:Group Sinar Mas, Asia Pulp & Paper (APP) akan segera menawarkan lebih banyak jenis produk kertas bersertifikat Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) di pasar global. Hal ini dikarenakan telah dicapainya penghargaan dari sertifikasi Indonesian Forestry Certification Cooperation.

Managing Director Sustainability APP Aida Greenbury mengatakan, sejumlah 306.400 ha konsesi yang telah tersertifikasi IFCC-PEFC ini dioperasikan oleh dua pemasok APP di Propinsi Riau, Indonesia yaitu PT Arara Abadi dan PT Satria Perkasa Agung-Serapung.

Selain itu, lanjutnya, seluas lebih dari 1 juta ha area konsesi sedang menjalani tahap akhir sertifikasi IFCC-PEFC, dengan target perampungan proses sertifikasi dalam waktu dekat. Ini berarti APP semakin mendekati pencapaian target Roadmap Keberlanjutan Visi 2020.

Dalam roadmap tersebut, Aida menguraikan, target APP adalah untuk 100 persen dari pemasok kayunya mendapatkan sertifikasi pengelolaan hutan lestari pada 2020. Pencapaian sertifikasi yang diumumkan hari ini dan proses yang sedang berjalan merupakan percepatan dari target tersebut secara signifikan.

"Semakin banyak konsumen yang menuntut produk yang berkelanjutan dan bersertifikat. APP merangkul semua skema sertifikasi yang kredibel, dan merupakan anggota dan pendukung dari PEFC," ungkapnya, dalam, keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin (8/6/2015).

Menurut Aida, tahun ini adalah tahun ketiga pelaksanaan komitmen 'tanpa deforestasi' persusahaan. Perusahaan bangga menjadi pelopor komitmen ini di Indonesia. Dengan adanya sertifikasi IFCC-PEFC dan komitmen tanpa deforestasi tersebut, pembeli dari APP dapat yakin bahwa produk PEFC yang dibeli dari APP tidak hanya merupakan produk berkualitas tinggi, namun juga merupakan produk yang disertifikasi, dapat dilacak dan mendukung pengelolaan hutan lestari di Indonesia.

IFCC secara resmi disahkan oleh PEFC pada Oktober 2014. Dengan demikian, lanjut dia, kayu bersertifikat IFCC-PEFC dari pemasok kayu APP merupakan sumber material PEFC baru dari pasar lokal. Sebelumnya semua bahan bersertifikat PEFC yang digunakan oleh APP adalah hasil impor.
ABD

Source: http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/06/08/134238/asia-pulp-paper-tingkatkan-produk-bersertifikasi-pefc